Oleh: Rusli Fahmi, S.Pd.
Ir. Soekarno, siapapun mengenal Bapak Bangsa yang satu ini. Beliau salah seorang Founding Fathers, Proklamator, juga Presiden Republik Indonesia yang pertama. Salah seorang tokoh Indonesia yang namanya terkenal sampai ke seluruh dunia.
Baca juga:
Refleksi
|
Rentang khazanah keilmuan beliau luar biasa. Perlu diketahui bahwa Bung Karno memiliki total 26 gelar Honoris Causa, yaitu 17 dari universitas luar negeri, dan 9 dari universitas dalam negeri.
Keilmuannya beragam dari mulai politik, filsafat, sejarah, hukum dan lain-lain.
Yang menarik sebenarnya, Bung Karno adalah seorang arsitek. Beliau sekolah di THS Bandung yang sekarang bernama ITB.
Menurut saya, Bung Karno bukan sekedar pembelajar ilmu, tapi dirinya sendiri kemudian menjadi sumber ilmu.
Baca juga:
Moeldoko Politik Cinta Kasih
|
Saya pertama kali membaca buku beliau "Dibawah Bendera Revolusi" ketika kelas 2 (dua) Sekolah Menengah Kejuruan dulu, dan sampai sekarang saya yakin, buku tersebut masih relevan untuk dijadikan referensi untuk mengeja ke-Indonesiaan kita.
Dari proses belajar itu, saya mengetahui, bukan cuma belajar apa yang dipikirkan Bung Karno, itu salah satu yang penting tentu saja. Tapi yang menurut penulis berkesan adalah cara berpikirnya Bung Karno. Bung Karno sering mengatakan, "Jangan warisi abunya, tapi warisi apinya."
Kalau kita ingin mewarisi apinya Bung Karno paling menarik adalah cara belajar berpikirnya, bukan sekedar isi pikiran.
Isi pikiran bisa terbatas ruang dan waktu, beda zaman harus kita ubah isi pikirannya.
Tapi kalau cara berpikir menurut penulis itu universal. Cara berfikir Bung Karno menurut penulis adalah cara berfikir yang filosofis, scientifik (berbasis ilmu pengetahuan) dan historis (menyejarah).
Bung Karno menguasai segala keilmuan karena menurut saya, Bung Karno belajar dari mata airnya ilmu pengetahuan, yaitu Filsafat.
Kita semua mengetahui bahwa filsafat adalah induk dari semua ilmu pengetahuan yang ada, satu hal yang menjadi poin penting yaitu bahwa hari ini kita dituntut untuk menguasai lintas disiplin ilmu dan itu sepertinya sudah ada pada diri Bung Karno.
Semoga kita semua bisa mengambil apinya Bung Karno untuk kita dijadikan semangat pembelajar sepanjang hayat demi kualitas diri yang lebih baik.
Dari berbagai sumber.
Baca juga:
Filosofi Semar
|
Sukabumi 2022.
Salam. ☕